Bagi
umumnya masjid-masjid di negeri ini pengedaran sarana amal ini amat
penting karena menyangkut pendanaan mesjid. Apalagi hari jumat ketika
umumnya masyarakan memadati masjid-masjid, tentu sangat diharapkan adanya pemasukan dana. Tapi sadarkah kita akan adanya hal-hal yang menyalahi ketentuan ibadah sholat jumat?
Mudah-mudah tulisan berikut bisa menyadarkan dan membenahi hal-hal yang masih keliru yang tersebar luas di berbagai mesjid.
Ketahuilah, Seseorang yang sedang menunaikan prosesi ibadah jumat, maka haruslah diperhatikan pokok panduan yang penting ini : Dari Abu Hurairoh radhiallahu anhu, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata :
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ، وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
Siapa yang berwudhu, kemudian membaguskan wudhu’nya, kemudian mendatangi sholat jumat,mendengarkan khutbah dengan seksama, serta diam, akan diampuni dosanya antara jumat ke jumat berikutnya plus tiga hari sebagai tambahan. Dan siapa yang menyentuh / memegang-megang batu kerikil (hasho) sungguh telah berbuat sia-sia (lagho) HR Muslim 875
Imam Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim 6/147:
قوله صلى الله عليه وسلم : ( ومن مس الحصا فقد لغا ) فيه النهي عن مس الحصا وغيره من أنواع العبث في حالة الخطبة ، وفيه إشارة إلى إقبال القلب والجوارح على الخطبة ، والمراد باللغو هنا الباطل المذموم المردود ” انتهى
Ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam : ”siapa yang menyentuh kerikil telah berbuat “lagho” maka didalamnya terkandung larangan menyentuh kerikil atau selainnya dari semisal yang sia-sia tatkala khutbah berlangsung. Juga adanya petunjuk harusnya berkonsentrasi hati dan badan pada isi khutbah. ”Lagho” disini maknanya bathil, tercela dan tertolak.
Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafidzahullah berkata dalam Al-Mulakhkhosh Al-Fiqhi (1/176),
” ولا يجوز له العبث حال الخطبة بيد أو رجل أو لحية أو ثوب أو غير ذلك ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ( من مس الحصا فقد لغا ) وفي حديث أخر : ( ومن لغا وتخطى رقاب الناس كانت له ظهراً ) ؛ ولأن العبث يمنع الخشوع ، وكذلك لا ينبغي له أن يتلفت يميناً وشمالاً ، ويشتغل بالنظر إلى الناس ، أو غير ذلك ؛ لأن ذلك يشغله عن الاستماع للخطبة ، ولكن ليتجه إلى الخطيب كما كان الصحابة رضي الله عنهم يتجهون إلى النبي صلى الله عليه وسلم حال الخطبة ” انتهى بتصرف .
Tidak boleh melakukan hal sia-sia tatkala khutabh dimulai dengan tangan, atau kaki, atau jenggot atau pakaian atau yang lainnya, berdasar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam :”Man massal hasho faqod lagho” (siapa yang bermain-main kerikil sungguh telah lalai) dan di hadist lain :” Siapa yang berbuat lagho (sia-sia) dan melangkahi pundak-pundak manusia” Karena perbuatan tak berfaidah tadi mencegah kekhusyu’an. Demikian juga tidak selayaknya berpaling ke kanan dan kekiri serta sibuk dengan melihat orang lain atau lain sebagainya. Karena akan menyibukkan dari mendengar khutbah. Akan tetapi selayaknya menghadap khotib sebagaimana para sahabat menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam ketika khutbah.
Mengedarkan keropak / kencleng / kotak infak tentu lebih lagi dalam membuyarkan konsentrasi ketika sedang menyimak isi khutbah yang disampaikan. Apalagi jika kotaknya dari bahan yang mudah berbunyi, dan yang dimasukkannya uang recehan pula… ”Kring..klatak…klotak”… duh……. belum lagi ketika kita sodorkan, orang disamping kita ketiduran… lebih lagi membuyarkan konsentrasi….. inilah yang bisa menggugurkan pahala jumat kita. Inilah yang terkadang menjadi dilema bagi kita. Padahal kalau mau, bisa saja diedarkan sebelum khotib naik mimbar atau setelah sholat selesai.
Dari Abdullah ibnu Amr bin Ash radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata :
فعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ( مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَمَسَّ مِنْ طِيبِ امْرَأَتِهِ إِنْ كَانَ لَهَا وَلَبِسَ مِنْ صَالِحِ ثِيَابِهِ ثُمَّ لَمْ يَتَخَطَّ رِقَابَ النَّاسِ وَلَمْ يَلْغُ عِنْدَ الْمَوْعِظَةِ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَمَنْ لَغَا وَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ كَانَتْ لَهُ ظُهْرًا )
Siapa yang mandi hari jumat dan memakai parfum istrinya, jika istrinya memiliki, kemudian memakai pakaian terbaiknya kemudian tidak melangkahi pundak-pundak manusia kemudian tidak berbuat lagho maka akan menjadi penebus dosa antara jumat ke jumat berikutnya. Tetapi yang berbuat lagho (sia-sia) serta melangkahi pundak-pundak manusia maka hanya mendapat pahala sholat dzuhur (shahih targhib wa tarhib No.721 oleh Syaikh Albani)
Syaikh Fauzan hafidzahullah juga menegaskan lagi dalam Al-Mulakhkhosh Al-Fiqhi 1/175:
ولا يجوز لمن يستمع الخطبة أن يتصدق على السائل وقت الخطبة ؛ لأن السائل فعل ما لا يجوز له فعله ؛ فلا يعينه على ما لا يجوز ، وهو الكلام حال الخطبة
Tidak boleh bersedekah pada peminta-minta tatkala mendengarkan khutbah, karena pengemis tadi telah berbuat pelanggaran, jangan engkau bantu apa yang tidak diperbolehkan yakni berbicara tatkala khutbah berlangsung.
Ketahuilah bahwasannya larangan berbicara atau bermain-main dengan sesuatu apapun sama saja baik dipermulaan khutbah atau ketika berlangsung doa di akhir-akhir khutbah. Al-Imam Ibnu Utsaimin berkata dalam As-Syarhul Mumti’ (5/110)
بعض الفقهاء رحمهم الله قالوا : إذا شرع الإمام في الدعاء في حال الخطبة يجوز الكلام ؛ لأن الدعاء ليس من أركان الخطبة ، والكلام في غير أركان الخطبة جائز ، ولكنه قول ضعيف ؛ لأن الدعاء ما دام متصلاً بالخطبة فهو منها ، وقد ورد أن النبي صلى الله عليه وسلم : ( كان يستغفر للمؤمنين في كل جمعة في الخطبة ) .
Beberapa pakar fikih rahimahumullah berkata, bahwa ketika imam memulai doa, maka diizinkan untuk berbicara, karena doa adalah bukan termasuk rukun khutbah. Akan tetapi ini pendapat yang lemah, karena doa itu berkaitan dengan khutbah dan bagian darinya, telah datang riwayat bahwa “Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memintakan ampunan bagi kaum mukminin disetiap jumat dalam khutbah”
(diterjemahkan dengan bahasa bebas dari beberapa artikel di internet)
Taken From Islamic United FB
Mudah-mudah tulisan berikut bisa menyadarkan dan membenahi hal-hal yang masih keliru yang tersebar luas di berbagai mesjid.
Ketahuilah, Seseorang yang sedang menunaikan prosesi ibadah jumat, maka haruslah diperhatikan pokok panduan yang penting ini : Dari Abu Hurairoh radhiallahu anhu, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata :
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ، وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
Siapa yang berwudhu, kemudian membaguskan wudhu’nya, kemudian mendatangi sholat jumat,mendengarkan khutbah dengan seksama, serta diam, akan diampuni dosanya antara jumat ke jumat berikutnya plus tiga hari sebagai tambahan. Dan siapa yang menyentuh / memegang-megang batu kerikil (hasho) sungguh telah berbuat sia-sia (lagho) HR Muslim 875
Imam Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim 6/147:
قوله صلى الله عليه وسلم : ( ومن مس الحصا فقد لغا ) فيه النهي عن مس الحصا وغيره من أنواع العبث في حالة الخطبة ، وفيه إشارة إلى إقبال القلب والجوارح على الخطبة ، والمراد باللغو هنا الباطل المذموم المردود ” انتهى
Ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam : ”siapa yang menyentuh kerikil telah berbuat “lagho” maka didalamnya terkandung larangan menyentuh kerikil atau selainnya dari semisal yang sia-sia tatkala khutbah berlangsung. Juga adanya petunjuk harusnya berkonsentrasi hati dan badan pada isi khutbah. ”Lagho” disini maknanya bathil, tercela dan tertolak.
Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafidzahullah berkata dalam Al-Mulakhkhosh Al-Fiqhi (1/176),
” ولا يجوز له العبث حال الخطبة بيد أو رجل أو لحية أو ثوب أو غير ذلك ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ( من مس الحصا فقد لغا ) وفي حديث أخر : ( ومن لغا وتخطى رقاب الناس كانت له ظهراً ) ؛ ولأن العبث يمنع الخشوع ، وكذلك لا ينبغي له أن يتلفت يميناً وشمالاً ، ويشتغل بالنظر إلى الناس ، أو غير ذلك ؛ لأن ذلك يشغله عن الاستماع للخطبة ، ولكن ليتجه إلى الخطيب كما كان الصحابة رضي الله عنهم يتجهون إلى النبي صلى الله عليه وسلم حال الخطبة ” انتهى بتصرف .
Tidak boleh melakukan hal sia-sia tatkala khutabh dimulai dengan tangan, atau kaki, atau jenggot atau pakaian atau yang lainnya, berdasar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam :”Man massal hasho faqod lagho” (siapa yang bermain-main kerikil sungguh telah lalai) dan di hadist lain :” Siapa yang berbuat lagho (sia-sia) dan melangkahi pundak-pundak manusia” Karena perbuatan tak berfaidah tadi mencegah kekhusyu’an. Demikian juga tidak selayaknya berpaling ke kanan dan kekiri serta sibuk dengan melihat orang lain atau lain sebagainya. Karena akan menyibukkan dari mendengar khutbah. Akan tetapi selayaknya menghadap khotib sebagaimana para sahabat menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam ketika khutbah.
Mengedarkan keropak / kencleng / kotak infak tentu lebih lagi dalam membuyarkan konsentrasi ketika sedang menyimak isi khutbah yang disampaikan. Apalagi jika kotaknya dari bahan yang mudah berbunyi, dan yang dimasukkannya uang recehan pula… ”Kring..klatak…klotak”… duh……. belum lagi ketika kita sodorkan, orang disamping kita ketiduran… lebih lagi membuyarkan konsentrasi….. inilah yang bisa menggugurkan pahala jumat kita. Inilah yang terkadang menjadi dilema bagi kita. Padahal kalau mau, bisa saja diedarkan sebelum khotib naik mimbar atau setelah sholat selesai.
Dari Abdullah ibnu Amr bin Ash radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata :
فعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ( مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَمَسَّ مِنْ طِيبِ امْرَأَتِهِ إِنْ كَانَ لَهَا وَلَبِسَ مِنْ صَالِحِ ثِيَابِهِ ثُمَّ لَمْ يَتَخَطَّ رِقَابَ النَّاسِ وَلَمْ يَلْغُ عِنْدَ الْمَوْعِظَةِ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَمَنْ لَغَا وَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ كَانَتْ لَهُ ظُهْرًا )
Siapa yang mandi hari jumat dan memakai parfum istrinya, jika istrinya memiliki, kemudian memakai pakaian terbaiknya kemudian tidak melangkahi pundak-pundak manusia kemudian tidak berbuat lagho maka akan menjadi penebus dosa antara jumat ke jumat berikutnya. Tetapi yang berbuat lagho (sia-sia) serta melangkahi pundak-pundak manusia maka hanya mendapat pahala sholat dzuhur (shahih targhib wa tarhib No.721 oleh Syaikh Albani)
Syaikh Fauzan hafidzahullah juga menegaskan lagi dalam Al-Mulakhkhosh Al-Fiqhi 1/175:
ولا يجوز لمن يستمع الخطبة أن يتصدق على السائل وقت الخطبة ؛ لأن السائل فعل ما لا يجوز له فعله ؛ فلا يعينه على ما لا يجوز ، وهو الكلام حال الخطبة
Tidak boleh bersedekah pada peminta-minta tatkala mendengarkan khutbah, karena pengemis tadi telah berbuat pelanggaran, jangan engkau bantu apa yang tidak diperbolehkan yakni berbicara tatkala khutbah berlangsung.
Ketahuilah bahwasannya larangan berbicara atau bermain-main dengan sesuatu apapun sama saja baik dipermulaan khutbah atau ketika berlangsung doa di akhir-akhir khutbah. Al-Imam Ibnu Utsaimin berkata dalam As-Syarhul Mumti’ (5/110)
بعض الفقهاء رحمهم الله قالوا : إذا شرع الإمام في الدعاء في حال الخطبة يجوز الكلام ؛ لأن الدعاء ليس من أركان الخطبة ، والكلام في غير أركان الخطبة جائز ، ولكنه قول ضعيف ؛ لأن الدعاء ما دام متصلاً بالخطبة فهو منها ، وقد ورد أن النبي صلى الله عليه وسلم : ( كان يستغفر للمؤمنين في كل جمعة في الخطبة ) .
Beberapa pakar fikih rahimahumullah berkata, bahwa ketika imam memulai doa, maka diizinkan untuk berbicara, karena doa adalah bukan termasuk rukun khutbah. Akan tetapi ini pendapat yang lemah, karena doa itu berkaitan dengan khutbah dan bagian darinya, telah datang riwayat bahwa “Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memintakan ampunan bagi kaum mukminin disetiap jumat dalam khutbah”
(diterjemahkan dengan bahasa bebas dari beberapa artikel di internet)
Taken From Islamic United FB
0 komentar:
Posting Komentar