1.17.2014


Hi, hallo semuannya .. Salam
Semoga Allah Swt melimpahkan rahmat, maghfirah dan inayah-Nya kepada kita semua.. aamiin.

Purnama tersenyum indah
Dan bintang-bintang bertepuk tangan
Jadi, apa alasannya hingga
Kesedihan dapat membunuh dan mencekik kita

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)


“Sungguh menakjubkan seluruh urusan kaum mukminin, sesungguhnya segala urusan pasti berakibat baik bagi mereka.” (Hadits)

Terlalu banyak bercanda dapat mengeraskan hati.

"Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah" (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

Bagaimana dengan kita, saya, juga teman saya ? senyum itu ibadah, tertawa itu sehat, bercanda itu manusiawi, namun, sebagai Agama yang sempurna, Islam telah mengaturnya sedemikian rupa, Rosulullah sebagai manusia, pernah juga bercanda, namun ada batasnya.

Aku mencluster manusia dengan klasifikasi sebagai berikut : Orang yang suka bergibah, orang yang senang berdiskusi dengan ilmu, orang yang suka berdebat kusir, orang yang pasif (hanya menjadi pendengar yang hanya mendengerkan tanpa inisiatif merespon pembicaraan).


Berbicara tentang perkataan maka terkadang erat kaitannya dengan salah faham atau pun dapat menyulut sebuah permasalahan.

Ada masalah yang dapat diselesaikan dengan sikap diam.

·         Tidak perlu menceritakan masalahmu pada orang yang tidak dapat memberimu solusi. Keep it only for urself. Ceritakan pada Allah karena Allah yang akan mengatur semuanya.

Ada pula masalah yang sebaiknya di diskusikan (musyawarah) untuk mencapai suatu mufakat.

·         Hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak (he2 udah kek uud pasal 33 ayat 1 yaa) sebaiknya di diskusikan pada manusia-manusia yang bersangkutan. Mengambil keputusan dalam hal ini juga bukan berarti menurut suara terbanyak, karena cara ini bisa saja menimbulkan manipulasi kesimpulan. So, bicarakan dengan baik dan mencoba untuk berfikir jernih dalam mencari solusi berdasarkan referensi-referensi yang ada sehingga tidak ada manusia yang merasa dirugikan/ tersakiti.

 Tabayyun sebelum mengambil kesimpulan.

·         Tidak perlu membuat kesimpulan sendiri atas hal-hal yang dikerjakan oleh orang lain. Bertanyalah pada yang bersangkutan sebelum menjadikannya contoh perbuatan baik/buruk terhadap orang lain di sebuah forum misalnya, karena jika kamu mengambil kesimpulan sendiri atas hal yang dikerjakan oleh orang lain bisa jadi kamu mendzolimi orang lain atau mungkin juga diri kamu sendiri.

 

“Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya (berbuat buhtan).” (HR. Muslim. 4/2001. Dinukil dari Nashihatii lin Nisaa’, hal. 26)

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuuraat: 12)

Ghibah yang dibolehkan ini ada enam sebab:

  1. Mengadukan kezaliman orang kepada hakim, raja atau siapa saja yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menolongnya. Seperti dengan mengatakan: “Si Fulan menganiaya saya dengan cara demikian.”
  2. Meminta bantuan orang demi mengubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat agar kembali kepada kebenaran. Seperti dengan mengatakan: “Si Fulan telah melakukan demikian maka cegahlah dia dari perbuatan itu!” atau ungkapan semisalnya. Tujuan dibalik pengaduan itu adalah demi menghilangkan kemungkaran, kalau dia tidak bermaksud demikian maka hukumnya tetap haram.
  3. Meminta fatwa. Seperti dengan mengatakan kepada seorang mufti (ahli fatwa): “Ayahku menganiayaku.” atau “Saudaraku telah menzalimiku.” Atau “Suamiku telah menzalimiku.” Meskipun tindakan yang lebih baik dan berhati-hati ialah dengan mengatakan: “Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang melakukan perbuatan demikian dan demikian (tanpa menyebut namanya)?”
  4. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan sebagian orang dan dalam rangka menasihati mereka. Seperti mencela para periwayat hadits dan saksi, hal ini diperbolehkan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, bahkan hukumnya wajib karena kebutuhan umat terhadapnya.
  5. Menyebutkan kejelekan pelaku maksiat yang berterang-terangan dalam melakukan dosa atau bid’ahnya, seperti orang yang meminum khamr di depan khalayak, merampas harta secara paksa dan sebagainya, dengan syarat kejelekan yang disebutkan adalah yang terkait dengan kemaksiatannya tersebut dan bukan yang lainnya.
  6. Untuk memperkenalkan jati diri orang. Seperti contohnya apabila ada orang yang lebih populer dengan julukan Al-A’raj (yang pincang), Al-Ashamm (yang tuli), Al-A’ma (yang buta) dan lain sebagainya. Akan tetapi hal ini diharamkan apabila diucapkan dalam konteks penghinaan atau melecehkan. Seandainya ada ungkapan lain yang bisa dipakai untuk memperkenalkannya maka itulah yang lebih utama (lihat Riyadhush Shalihin, dicetak bersama Syarah Syaikh Utsaimin, 4/98-99. penerbit Darul Bashirah)

Focus pada diri sendiri lebih baik daripada sibuk mengurus urusan orang lain. Terkecuali jika teman meminta bantuan atau dalam rangka “amar ma’ruf nahi munkar”. Menasehati pun ada adabnya, tidak memalukan orang lain yang di nasehati tentunya.

Seorang ibu yang anaknya jatuh dari tempat yang tinggi, jangan menghabiskan waktunya dengan meratap dan berteriak, tapi hendaklah dia segera membalut lukanya.

Masuklah ke dalam taman ilmu pengetahuan ..  “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah, menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (at thalaq 65 :4)

 Referensi :
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/ghibah-atau-nasihat.html
http://mieftintegral.blogspot.com/2011/11/banyak-tertawa-dapat-mematikan-hati.html
Tips menjadi wanita paling bahagia di dunia, DR. Aidh bin Abdullah al Qarni MA

Semoga dapat bermanfaat, juga sebagai ingatan diri sendiri maupun yang membacanya untuk meraih kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
@diri yang dhoif

0 komentar: